By. Evifania Triastuti,
(Mahasiswi UPI Bandung, asal Kabupaten Landak)
Gunung Seha’ begitulah nama kawasan yang terletak di Dusun Asong, Desa Aur Sampuk, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak. Letak daerah ini tepatnya berada di medan yang seringkali dilintasi bila melakukan perjalanan dari Kota Pontianak menuju ke sejumlah kabupaten di bagian Timur Kalbar. Berada di antara Senakin dan Pahauman. Merupakan tempat transit dan tempat persinggahan bagi mereka yang mengendarai bus, truk atau mobil pribadi untuk melepas lelah dan bersantai sejenak setelah menempuh perjalanan dari kota Pontianak dan atau dari Sanggau dan juga Ngabang. Juga biasanya tempat ini digunakan untuk membeli sayuran hasil hutan dan hasil pertanian (ladang) para peladang. Di musim buah, “pasar tradisional” ini disaat saat tertentu biasanya menyuguhkan aneka ragam jenisnya seperti, jenis asam, peluntan, mentawa, durian dan maish banyak lagi. Tetapi, sayang akhir-akhir ini pohon durian di beberapa daerak di Kabupaten Landak banyak yang ditebangi. Lantas, apa yang bisa di lihat di Seha’ kini?
Banyak. Di Seha’ terdapat warung-warung yang menjual hasil hutan khas warga disekitarnya (umumnya Dayak). Dan bila kita sedikit menanjak keatas di salah satu tikungan tidak jauh dari “pasar hutan” itu, kita bisa melihat pemandangan Sunset (terbenamnya Matahari) yang eksotis di sore hari. Karena Seha’ adalah daerah pegunungan yang masih ditumbuhi pepohonan, jadi udaranya pun terasa segar. Dingin seperti di Puncak (Bogor), tapi tidak sedingin disana. Setiap sore biasanya sekelompok anak muda berkumpul disana. Juga para orang tua. Dari situ kita bisa melihat sawah yang terhampar luas dan jika jeli melihatnya akan tampak desa Senakin dari kejauhan.
Tetapi mungkinkah semua keindahan alami Gunung Seha’ itu hanya akan menjadi cerita dongeng belaka nantinya? Selain sawah dan pemandangan sunset yang tampak eksotis dengan kondisinya yang alami, di beberapa ruang khususnya dibagian puncak terlihat pohon-pohonnya telah ditebangi dan disulap menjadi perkebunan sawit di salah satu bukitnya. Kita tahu sendiri, apa pengaruh sawit terhadap tanah yang di tumbuhinya. Jika seluruh bukit di Seha’ digunduli, sudah bisa ditebak apa yang akan terjadi setelah sekian tahun ke depan.
Beberapa tahun yang lalu, saya dan teman-teman sering mengunjungi Seha’ setiap sore. Seha’ saat itu masih sangat jarang di kunjungi orang-orang, kecuali pengendara mobil truk dan bus yang singgah untuk beristirahat. Pohon-pohon rindang pun masih menghiasi setiap tikungan yang terdapat di sana waktu itu. Tetapi sekarang, “wajah” Seha’ sudah mulai berubah. Pernah dikabarkan telah terjadi longsor di Seha’ akibat dari penggalian sebuah goa oleh penduduk setempat yang menurut isunya, tempat tersebut peninggalan Belanda dan terdapat benda-benda keramat didalamnya. Namun isu itu masih simpang siur. Dan akibat dari penggalian tersebut, hampir setengah dari jalan aspal yang tepat berada di atas galian itu runtuh.
Keadaan Seha’ yang alami sekarang sedang berjalan menuju kondisi yang cenderung memprihatinkan? Anda bisa amati sendiri. Jika Seha’ “dikebiri” dengan menrusak kondisi alaminya; pohon-pohon yang ada ditebang dan bukit-bukit di sulap menjadi tandus untuk kebun sawit dan atau kegiatan “eksploitatif” lainnya, maka beberapa tahun ke depan keindahan alami tempat ini hanya akan jadi cerita. Atau bisa jadi, Seha’ akan benar-benar musnah! Apalagi, di Seha’ juga sedang akan dibangun “proyek kolam renang” namun konon sekarang sedang dihentikan pengerjaannya. Meskipun saya tidak tahu persis mengenai pembangunan yang ini, namun tidak salah bila dikaji lebih jauh untuk kepentingan jangka panjang semisal dengan membiarkan linkgungan sekitarnya tampak alami adanya. Mencegah, tentu lebih baik dari pada mengobati bukan? Karena kita tentu tidak menginginkan hal buruk dialami dan terjadi di Seha’ yang pada akhirnya memberi dampak pula bagi warga disekitarnya.
Seha’ akan menjadi tinggal cerita dan bahkan “musnah” kedepan? Tentu ini tidak kita inginkan bukan? Lalu apa yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan kawasan Gunung Seha’ dan keindahannya? Jawabannya adalah banyak! Salah satunya dengan mengganti pohon-pohon sawit itu dengan pohon karet atau tanaman yang lainnya seperti kayu Belian dan pohon Tengkawang atau Angkabakng, yang merupakan tanaman khas Kalimantan Barat. Tanaman-tanaman tersebut sekarang sudah mulai jarang di temui. Jawaban lainnya adalah dengan menjadikan kawasan Seha’ sebagai tempat wisata alami yang tampil apa adanya dengan pemandangan alam dan udaranya yang tetap sejuk. Sepertinya tidak akan terlalu sulit untuk menjadikannya sebagai tempat persinggahan yang bisa membuat setiap orang menjadi betah akan keindahannya jika semua pihak mau bekerjasama. Seha’ yang tampil apa adanya juga akan tetap memberi ruang sumber pencaharian bagi warga yang selama ini memasarkan hasil hutan, hasil kebun dan produk juga berbagai produk lokal lainnya.
Selanjutnya, peran berbagai pihak; terutama pemerintah kabupaten Landak dan adanya kesadaran masyarakat setempat tentang potensi yang ada di Gunung Seha’, akan menjadi penentu tempat ini akan tetap dikenal sebagai gunung yang eksotis dengan suasana pegunungan sejuk. Atau barangkali, kesan yang di dapat tidak lebih dari Seha’ sebagai tempat persinggahan semata? Seha’ akan tinggal cerita? Jangan sampai!.. Semoga.
Naskah ini diterbitkan dalam media lokal Pontianak Post edisi cetak 23 November 2010
lihat di; http://www.pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=43229
Menarilah terus bersama jemarimu untuk Borneo!
BalasHapusTulisannya bagus. Akan lebih maknyos lagi jika ditampilkan juga foto-foto bukit Seha' dan isinya bersama tulisan ini supaya pembaca merasa benar-benar berada di tempat yang digambarkan dalam tulisan ini.
Teruskan tarian jemarinya!