Kamis, 29 Maret 2012

Seruan: Kalbar Damai, Tanpa Kekerasan!

(Seruan Bersama Kaum Muda Lintas Latar Belakang):

DAMAI merupakan sebuah proses, bukan hasil akhir. Karena sebuah proses, maka intensitas, sinergisitas, asa dan komitmen bersama untuk menjaganya hingga melahirkan kondisi harmonis di masyarakat menjadi penting mendapat perhatian segenap elemen secara terus menerus. Beberapa hari terakhir, fakta bahwa suasana damai warga sedang menghadapi ujian. Sebagian warga Kalimantan Barat dirundung kecemasan. Insiden yang berawal pada Rabu (14 Maret 2012) siang menimbulkan ketegangan hingga malam dan bahkan hari berikutnya. Potensi konflik dan kerawanan sosial mencuat. Dua kelompok massa yang terkonsentrasi pada titik yang berbeda mendapat respon yang beragam dari berbagai pihak. Rasa saling curiga mendominasi, juga rasa was-was warga di daerah tak terhindar. Sejumlah akses jalan diblokir, polisi siaga. Rentetan tembakan peringatan aparat terdengar memecah malam (15/3). Sejumlah tempat perbelanjaan tutup, aktivitas ekonomi warga terganggu, dan sejumlah sekolah diliburkan.

Begitulah dinamika yang menyelimuti kota Pontianak dan sekitarnya. Singkatnya, kita semua terganggu dan resah dengan situasi tersebut. Karena sejujurnya juga tidak diinginkan banyak pihak. Tidak satupun ajaran keyakinan yang mengajarkan untuk melakukan tindakan semaunya dengan cara-cara kekerasan. Namun syukurlah, kini kondisi sudah berangsur kondusif. Langkah antisipatif perlu terus dilakukan agar kejadian serupa yang dapat mengusik kedamaian tidak terulang. Sebaliknya, peran segenap elemen masyarakat untuk memelihara perdamaian dalam realita warga Kalbar yang beragam adalah sebuah keharusan.

Kekerasan versus kekerasan hanya akan membuahkan hasil sia-sia, sementara situasi galau sangat mungkin dikelola oleh oknum tertentu yang cerdas membaca situasi dalam sisi lain dengan menjadikannya sebagai peluang. Kondisi-kondisi seperti ini baik bila disadari sebagai bagian dari antisipasi. Karena dapat menjadi celah terbuka yang berpotensi mengoyak semangat kebersamaan di dalam keberagaman yang terbangun begitu apik antar warga saat ini. Kekerasan adalah tindakan yang tidak produktif untuk terbangunnya kohesi sosial, terlebih dengan begitu gampangnya simbol-simbol identitas diseret di dalamnya. Karenanya Ormas dan atau pihak manapun yang melakukan cara-cara kekerasan berarti tidak menginginkan kohesi sosial itu ada dan tindakan ini tentu tidak dibenarkan. Pada sisi ini, peran tegas negara menjadi sangat penting guna memberikan rasa aman bagi warganya.

Harus diakui bersama, bahwa keberagaman latar belakang dengan identitas yang melekat dalam diri maupun suatu komunitas adalah khasanah, potensi dan modal sosial untuk saling bersinergis dan bukan malah untuk dipertentangkan. Namun demikian, harus disadari bahwa simbol-simbol identitas juga faktanya memiliki potensi yang krusial dan sensitif disalahgunakan, karena begitu mudah disalahtafsirkan dengan beragam persepsi, apalagi dijadikan ‘alat’ untuk mengakumulasi sentimen bernuansa SARA yang dapat berujung pada konflik destruktif.

Kalimantan Barat yang tetap damai dengan fakta keberagaman warganya, harus menjadi spirit bersama untuk terus didorong dan dihidupi oleh setiap insan. Harus tetap dipelihara dan dijaga bersama dalam bingkai kepentingan bersama sesama ciptaan-Nya. Upaya provokasi oleh oknum tak bertanggungjawab (termasuk secara tidak sengaja) dengan maksud memperkeruh suasana sangat mungkin ada kapanpun dan dimanapun, karenanya terprovokasi adalah pilihan salah apalagi hingga menyebarkannya ke orang lain. Dalam sisi ini, peran media massa untuk mendidik dan mengabarkan pesan maupun semangat perdamaian melalui hasil karya jurnalistiknya tentu juga diharapkan. Artinya, kebebasan pers penting mendapat tempat dihormati dalam alam demokrasi untuk turut mendukung terwujudnya kohesi sosial, kondisi harmonis.

Berkaca dari uraian di atas, maka kami kumpulan individu yang tergabung dalam Kaum Muda Kalbar Lintas Latar Belakang di Pontianak berharap agar perdamaian tetap berdiri kokoh di atas segala kepentingan dengan menyerukan:

1. Mangajak warga Kalbar untuk tidak gampang terprovokasi atas berbagai isu maupun informasi yang berpotensi memecah belah.
2. Meminta aparat keamanan tegas dan profesional dalam menjalankan tugas sebagai pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat.
3. Mendukung penghormatan terhadap kebebasan pers dalam melakukan peliputan maupun menyampaikan informasi yang mendidik dan profesional dalam menjalankan tugas jurnalistiknya.
4. Mengajak para elit, pemuka dan segenap komponen masyarakat untuk memainkan peran sebagai perekat dalam bingkai semangat kebersamaan atas realita keberagaman dan bukan malah sebaliknya.
5. Isu seputar suku, agama, ras antar golongan begitu sensitif, sehingga dengan ini kami mengajak berbagai kalangan untuk tidak mudah menyertakan simbol identitas yang dapat memicu ketegangan sosial manakala terjadi persinggungan/insiden murni antar pribadi maupun antar kelompok.
6. Mengecam cara-cara kekerasan yang dilakukan oleh Ormas, dan atau pihak manapun - dengan dalih apapun, yang berpotensi merusak stabilitas dan harmonisasi di Kalbar khususnya, di Indonesia pada umumnya serta meminta pihak terkait (aparat dan pemerintah) melakukan langkah tegas-bijak konstitusional untuk memastikan tidak terjadinya cara-cara kekerasan sebagaimana dimaksud.
7. Mengajak warga Kalimantan Barat waspada dan menahan diri atas segala bentuk kemungkinan upaya provokasi dan menyadari serta menjadikan realita keberagaman sebagai potensi perekat persatuan dalam keberagaman dengan menghidupi sikap saling menghargai antar sesama.

“Damai untuk Kalbar, Damai untuk Semua”

Pontianak, 23 Maret 2012

KAUM MUDA LINTAS LATAR BELAKANG
(Hendrikus Adam, Qomaruzzaman, Abdul Hamid, Sy. Abdurahim, Darwis, Wahyu Hidayat, Rizal Sudra, Riyadi Novianto, Muslimah, Dahlia, Farihatin, Handi Risjad, Noveria, Fransiskus Ariono, Paul Nelwan, Martin Gilang, Laurensius Edi, Heryanto Sagiya, Julianto Akiun Makmur, Abang Rustaman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar