Rabu, 09 November 2011

In Memoriam; Aditrio, Warga Perhimpunan itu Telah Tiada

Aditrio. Nama itu sontak dibincangkan ramai akhir Oktober bulan lalu. Tepat tengah malam, tanggal 24 Oktober 2011 berita sedih yang mengabarkan kepergiannya menghadap Sang Khalik ku terima melalui pesan singkat via sms dari sejumlah rekan. Heriko, teman seangkatannya di perhimpunan yang lebih dahulu mengabariku dan kemudian disusul sms pemberitahuan dari rekan lainnya. Heriko sendiri saat itu mengaku baru mendapat kabar dari Regina, saudari sepupu almarhum. Kepada Regina, saya menyampaikan turut berduka melalui pesan singkat yang saat itu masih berada di kampung Tumbang Titi, Ketapang. Mulai sejak saat itu, berita mengenai kepergian almarhum menuju alam lain tersiar melalui sejumlah media. Informasi melalui jaringan dunia maya facebook sangat dominan. Info itu juga disampaikan para rekan melalui rubrik forum Alumni PMKRI Kalbar.

Siapa Aditrio? Dia adalah anggota PMKRI Pontianak Santo Thomas More. Beliau juga berstatus sebagai mahasiswa dari daerahnya yang sedang menempuh studi di Pontianak. Sebelum kepergiannya menghadap Sang Khalik, saya sempat mendapat informasi dari seorang rekan yakni Thomas More melalui pesan sms. Pemberitahuan untuk doa rosario bersama sekaligus mendoakan untuk kesembuhan dan penggalangan dana untuk (alm) Aditrio yang saat itu diberitakan sedang dirawat. Kepada Thomas More, saya menyampaikan maaf karena tidak dapat hadir, tetapi saya akan turut menyumbang sebisanya. Tetapi dalam perjalanan waktu, saya kaget dan tidak habis pikir berita duka kemudian ku terima. Yah..., Aditrio telah pergi.

Saya memang tidak lebih dalam mengenal almarhum. Saya mengenalnya ketika ia bergabung menjadi anggota di PMKRI Pontianak. Tetapi dalam beberapa kesempatan, saya sempat ngobrol dengan beliau. Saya juga pernah dijemput dan dibonceng almarhum ketika saat itu akan menghadiri kegiatan Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB) PMKRI Pontianak bertempat di Wisma Imakulata. Di jalan kami sempat ngobrol. Sesampai di Wisma Imakluata, saya ketemu dengan kawan-kawan. Di Wisma Imakluata saat itu juga hadir alumni PMKRI Pontianak yakni Bapak Aci Mulyadi. Beliau (Pak Aci) kini juga telah di panggil Sang Khalik. Info kepergian sosok yang juga Dosen di STP St. Agustinus ini ku terima saat sedang berada di salah satu kampung wilayah Bengkayang yang berbatasan langsung dengan Malaysia akhir Juli 2011. Sempat ketemu dengan Aditrio dalam acara peringatan usia Emas PMKRI Pontianak.

Mengenal dan saling sapa dengan sosok aktivis PMKRI ini (Aditrio) terakhir berjumpa dan saling sapa saat menghadiri Rapat Umum Anggota Cabang (RUAC) PMKRI Pontianak yang saat itu akan memilih tiga kandidat maisng-masing; Franz Welly W, Erasmus CA dan Leo Nova Christy B. (Alm) Aditrio sempat bersalaman dan menawarkan saya untuk membubuhkan tandatangan kehadiran di RUAC. Dalam draft yang berjudul “Daftar Hadir Peserta RUAC dengan Agenda Pembahasan draft ARTC” saat itu tidak saya bubuhkan tandatangan, karena pembahasan agenda dimaksud telah selesai sementara saya sendiri baru datang.

Aditrio adalah sosok yang santun, penurut, ulet, peduli dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Hal menarik lainnya dari sosok Aditrio sekilas yang saya kenal adalah dia memiliki minat belajar beroganisasi yang tinggi. Pun demikian, kini dia telah pergi untuk selamanya mendahului kita. Ia juga akhirnya tidak dapat mengikuti perhelatan acara nasional perhimpunan yang sedang dipersiapkan saat ini. Pun demikian, baik bila kelak saat akan dimulainya "Gawe besar se Indonesia" tersebut, ada doa khusus untuk almarhum.

Hidup di dunia ini memang sementara. Kepergian almarhum tentu telah menyisakan banyak kenangan bagi pihak keluarga, kenalan dan para rekan perhimpunan. Semoga mendapat kebahagiaan kekal abadi bersama Bapa di Surga.

Warga Perhimpunan yang masih muda itu telah dipanggil Sang Khalik. Kepergiannya mengingatkan ku pada sosok SOE HOK GIE,seorang aktivis idealis di zamannya mengutif pernyataan seorang filsuf Yunani soal kematian. ("Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda"). Semua merasa kehilangan.

Selamat jalan, selamat beristirahat dalam damai. Salam Baret Merah. Rest in Peace...

[HA, 2011]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar